jump to navigation

Chengdu, 2 Agustus 2014 Senyam senyum di Negara benar – benar asing,sambil misuh – misuh sampai menggunakan Google Translate untuk mendapatkan makanan tanpa babi. Agustus 5, 2014

Posted by Mujiono Sadikin in Yang Aku Jalani (Perjalanan), Yang Aku Pelajari, Yang Aku Pikirkan, Yang Aku Senangi, Yang di seputar Mercu Buana, Yang Kami Kerjakan, Yang Sayang Dilupakan.
3 comments
Cari makan di Chengdu

Begini cara mencari makan di Chengdu

Selesai urusan dengan petugas depan hotel saya diantar langsung oleh Mbak – mbak resepsionis itu ke kamar. Ini aneh buat saya, karena biasanya selalu ada petugas lain yang ngantar. Tapi mungkin efisiensi gpp lah. Masuk kamar saya tidak sempat dan tidak mau nanya – nanya lagi, khawatir tambah capek. Jadi hanya sekedar “xie xie” saja. Asem, kondisi penginapan benar – benar beda dengan standard kita. Closet di kamar mandi tanpa penyemprot untuk bebersih. Ala maak, alamat besuk pagi menggunakan tisu nih. Untuk tarif sebesar ini setidaknya kalau di Indonesia atau seperti di Phuket beberapa waktu yang lalu, setidaknya dapatlah compliment dua botol air minum plus kopi teh  gula. Ini di sini, sama sekali tidak ada. Masih untung disediakan teko pemanas air. Lumayan bisa rebus air untuk esok pagi.

Bangun pagi di hari pertama, seperti biasa saya lakukan jika sedang ada urusan di luar area yang baru saya kenal, saya sekedar keliling tempat penginapan memperhatikan penanda – penanda penting sekitar penginapan. Asem lagi, petunjuk tulis yang ada semuanya menggunakan huruf China. Benar – benar saya buta huruf. Saya perhatikan, nama toko, nama warung, menu yang disajikan di warung makan, nama gedung, pusat belanja, bahkan brosur perjalanan wisata semuanya huruf China. Mumet. Ah untung ada plang petunjuk nama jalan yang bermurah hati menyediakan huruf latin. Kondisi seperti ini camera hape benar – benar membantu. Semua penanda yang dirasa perlu saya potret: terutama petunjuk jalan dengan huruf latin itu, suasanan perempatan besar, pusat pertokoan, keempat penjuuru simpang empat dan beberapa selainnya lagi. Saya mencoba meminta tolong penduduk lokal untuk mengambil gambar saya, ups usaha yang ketiga baru berhasil. Orang pertama ke dua menolak. Mungkin dikiranya saya mau memberikan hape ke mereka J. Satu lagi yang saya amati betul adalah kendaraan umum yang lewat. Di Chengdu, selain taksi ada Bus umum yang nyaman. Seperti Jakarta (tapi sebagian besar tidak nyaman), setiap bus mengenakan nomor yang menunjukkan rute. Untungnya nomor di China menganut madzab Arab (Karena tidak ada lambang angka dalam huruf China ?), ini sangat membantu saya. Nomor 68 lewat dekat penginapan.

Hari itu adalah waktu registrasi konferensi saya yang berlokasi di hotel lain. Maka registrasi itulah tugas pertama yang harus saya selesaikan. Di kamar hotel setelah bebersih, saya sudah menyiapkan kira – kira Bahasa Tarsan apa yang bisa digunakan untuk menanyakan ke petugas depan penginapan bagaimana caranya menuju tempat konferensi itu. Gambar hotel dan alamat sudah saya siapkan di layar hp paling depan. Mudah – mudahan dengan hanya menunjukkan gambar dan tulisan alamatnya selesai urusan. Cilakanya belum tentu petugas hotel bisa baca huruf latin, atau setidaknya lebih suka baca huruf cina. Tetapi untunglah ada satu petugas yang –sangat sedikit- bisa Bahasa Inggris. Saya katakan sangat sedikit karena hanya kata per kata saja dia tahu. Tidak sampai menyusun kalimat J. Sebenarnya saya ingin naik bus saja atau jalan kaki, karena dari peta google yang saya ingat waktu pesan kemarin di Jakarta, jarak kedua tempat ini tidak jauh. Oh ya, google tidak bisa diakses di China jadi saya hanya mengandalkan ingatan saja. Petugas hotel itu mengatakan No bus, by taksi !. Ya sudahlah saya menuruti saja apa sarannya, dengan terlebih dulu nanya dia berapa tarif nya. 10 RMB, itu sekira 20.000 rp. Baiklah. Sopir taksi ini, belakangan saya tahu, kurang ajar juga. Dibawanya saya ke rute yang lebih jauh muter – muter seakan imbang dengan 10 RMB itu. Hari kedua setelah pulang konferensi saya tahu, jaraknya hanya 3 blok dan saya bisa jalan kaki kalau begini. Asem. Hari kedua berangkat dan pulang saya masih menggunakan taksi tarfi resmi, hanya 8 RMB.

Selain urusan registrasi, saya berharap lebih dari Hotel tempat konferensi ini. Mengingat hotel ini termasuk kelas hotel bintang 5. Setidaknya saya bisa mendapatkan petunjuk tertulis (entarh brosur, peta, apapun lah) mengenai Chengdu dalam Bahasa Inggris. Atau officer hotelnya lebih bisa diajak ngomong, atau officer konferensinya bisa membantu. Meleset….Semua majalah gratis, brosur, peta yang ada di hotel segedhe gaban itu dalam huruf China. Petugas hotel sama gagunya dengan saya. Petugas konferensi, bukan orang Chengdu jadi tidak tahu banyak. Punahlah harapanku.

Pajangan di Swalayan, Semua Huruf China

Pajangan di Swalayan, Semua Huruf China

Belum tengah hari ketika urusan registrasi saya selesai. Apa lagi ? Tidak pantas juga kembali ke penginapan dan tanpa melakukan apapun. Maka kembali saya keliling sekitar hotel tempat konferensi. Menikmati lalu lalang penduduk lokal yang merupakan bagian dari 11 juta lebih penduduk Chengdu, menikmati lalu lintas yang lancar di jalanan yang lebar – lebar, menikmati muda – mudi di pusat perbelanjaan dan keramaian, dan tentu saja mengamati penanda apa yang dominan untuk mudah di ingat. Oh ya hari itu banya penjaja bunga dan muda – mudi membawa bunga. Belakangan (lagi) saya tahu hari itu hari valentine daynya China. Pantesan banyak bunga dan pasangannya.

Menu di Bandara Hongkong

Menu di Bandara Hongkong

Cukup dengan keliling, naik turun tangga penyeberangan, keluar masuk pertokoan, poto sana poto sini, sesekali senyum dan sapa pada penduduk lokal, kerongkongan haus perut lapar. Di sinilah masalah kembali muncul. Semua menu di semua rumah makan yang saya temui menggunakan huruf China. Jadi saya tidak tahu apa isi apalagi bahannya. Sebagai muslim, beberapa bahan makanan yang umum di China (terutama mungkin daging dan semua komponen dari Babi: minyak, gajih, dll) haram untuk dimakan. Beberapa restoran menyertakan gambarnya, tapi dari pengalaman makan di food court Bandara Hongkong semua mengandung pork (babi) seperti gambar ini. Hmm bagaimana ini ? Pada kondisi begini, selain untuk narsis, fb membantu juga. Setidaknya menumpahkan kegalauan dan benar saja beberapa teman merespon salah satunya menyarankan kamus online. Sedikit saya improve ide teman ini dengan memanfaatkan google translate. Alhamdullillah, setidaknya restoran kedua berhasil memahami bacaan China di google translate. Itupun berkali – kali meyakinkan dengan bahasa isyarat “tanpa babi”. Lega saya ketika ditunjukkan gambar Sapi di bungkus abon yang menjadi bahan menunya.  Sekedar informasi, kebanyakan penduduk lokal Chengdu tidak bisa (tidak suka?) baca tulis huruf latin. Sudah lewat tengah hari saya baru makan hari itu. Dengan makanan tanpa bahan dari babi, cara memasaknya tidak tahu. Mudah-2an aman.

Chengdu, Awal Agustus 2014 Taksi Service Setengah, Tamu & Pelayan Hotel yang Gagu Agustus 3, 2014

Posted by Mujiono Sadikin in Untuk Anak - anakku, Yang Aku Jalani (Perjalanan), Yang Aku Pelajari, Yang Aku Senangi, Yang di seputar Mercu Buana.
Tags: , ,
add a comment
Semua Huruf China

Semua Huruf China

Ini perjalanan pertama saya ke Chengdu bahkan ke China sekalipun. Tentu saja saya tidak tahu apakah akan ada kesempatan ke sini lagi. Hanya Allah yang tahu, di samping jika diijinkan saya berharap mengunjungi tempat lain di dunia J. Kunjungan pertama, budaya yang berbeda, cara komunikasi antar manusia yang berbeda, tempat yang baru, cara berkendara yang baru  dan hal – hal lain yang berbeda dengan kondisi di tanah air atau bahkan dengan di negara – negara ASEAN adalah kombinasi yang sempurna untuk membuat saya  tergagap – gagap pada awalnya.  Diawali dengan kedatangan di Bandara Chengdu yang mayoritas papan petunjuk bertuliskan huruf China, kemudian para sopir taksi yang segera saja bisa membedakan mana pendatang yang bisa digarap dan mana yang sebaiknya dilewatkan, kebingungan saya dimulai.

Untuk menuju hotel tempat saya akan menginap, sebenarnya saya sudah mendapatkan informasi dari kontak saya- host International Conference di Chengdu – rute bis mana yang harus saya ikuti. Dari awal saya memang ingin merasakan transportasi umum, selain murah juga demi pengalaman. Tetapi dua alasan membatalkan rencana itu: pesawat dari Hongkong delay 2 jam sehingga saya datang sudah tengah malam di Chengdu, dan ini penguatnya, sopir taksi tembak mengikuti saya saat mencari line airport bus. Saya tidak bisa menghindar. Ketika saya tunjukkan hotel tempat saya menginap dari booking-an, langsung saja dia sodorkan 200 RMB melalui tulisan di HP. Belakangan saya tahu, waktu itu dia sama sekali tidak tahu hotel itu ada di mana L. Saya langsung tawar separonya dan tidak pernah naik lagi.  Harapan saya dia mundur, sehingga saya bisa naik bus saja. Ternyata tidak berkali – kali dia menurunkan harga meski akhirnya setuju dengan harga 100 RMB. Gila salah nawar saya. Terpaksalah saya berangkat dengan si Sopir Taksi.

Benar saja, taksinya taksi gelap. Sopir itu berusia masih muda, sekira 25 – 30 tahunan kelihaannya. Sampai di dalam taksi, dia minta tunjukkan kertas booking an hotel lagi. Asli saya tidak paham maksudnya, hampir setengah menit hanya untuk klarifikasi apa yang dia mau karena kertas itu sudah masuk ke tas lagi. Lama dia baca tulisan itu karena mungkin tulisan China nya terlalu kecil untuknya. Sementara untuk baca huruf latin, kelihataanya dia gak ngeh sama sekali. Untuk angka arab dia masih familiar, sehingga bisa menghubungi pihak hotel setelah beberapa kali tidak diangkat. Wah nawar setengah servisnya setengah juga kelihatannya. Taksi itu zonder AC, sebagai pendingin digunakan AC alami. Buka jendela. Di Jakarta, perasaan banyak pengendara ngawur.Sopir taksi ini lebih gila lagi kelihatannya. Zig zag dengan kecepatan sd 120 km/jam. Wah gila, tapi saya diam saja. Mungkin ini kompensasi dari nawar saya yang “keterlaluan”.

Dalam kebisuan antara kami berdua, saya mencoba menangkap kesan pertama mengenai China, Chengdu khususnya. Chengdu bukanlah kota terbesar di China, masih ada Beijing, Guangzhou atau  Hongkong atau yang lain yang saya tidak tahu. Tetapi infrastruktur dan hasil pembangunan manusia China memang luar biasa. Sesuai dengan jumlah penduduknya yang mungkin menempati seperlima penduduk dunia, hasil pembangunan manusia di Chengdu merepresentasikan kebesaran dan kemegahan itu. Jalan – jalan lebar – lebar dan kokoh. Tol maupun non tol yang saya lewati mayoritas 8 jalur dua arah. Untuk non tol masih ada jalur khusus sepeda dan sepeda motor di paling kanannya yang seluas jalur mobil di jalanan Jakarta. Oh ya, mereka menggunakan mode stir kiri jalur kanan. Ini pula yang membuat saya kagok di awal – awal saat menyeberang jalan.

Hotel itu

Hotel itu

Sampailah saya di hotel tempat saya akan menginap. Sesuai dengan standard pembiayaan penelitian dari Kementerian Keuangan, tarif akomodasi bagi peneliti hanya cukup untuk hotel kelas menengah ke bawah. Dan itulah yang saya dapatkan. Hotel ini tidak besar tentu saja, dan terletak bukan di jalur utama sejajar an dengan ruko – ruko kiri kanannya. Ketika masuk saya diusir oleh penjaga, dengan bahasa yang saya tidak tahu tentu saja. Namun dari isyarat tangannya menunjukkan bahwa hotel full tidak terima tamu. Tapi saya tunjukkan booking an saya. Alhamdullillah dia ngerti dan dipanggil lah petugas front desk nya, cewek yang mungkin sedang istirahat di belakang karena sudah jam 1 dini hari waktu setempat. Maka kegaguan komunikasi terjadilah antara saya dengan mbaknya ini. Sama sekali dia tidak tahu bahasa Inggris dan saya bisu Bahasa Mandarin. Hanya untuk meminta identitas saya saja, perlu waktu lebih satu menit untuk saling paham. Hanya untuk meminta pembayaran DP perlu waktu lebih lama lagi. Ah hemm…berkali – kali saya tepok jidat, tolooong…

Perjalanan ke Puket Dari Pantai Sampai Bukit, Berkano dan menemui Big Budha: 2. Seri Sejarah, Budaya dan Belanja : Menggunakan motor sewaan menjelajahi Kota Tua, Chalong Temple, Big Buda, dan Pasar Sovenir April 7, 2014

Posted by Mujiono Sadikin in Untuk Anak - anakku, Yang Aku Pelajari, Yang Aku Pikirkan, Yang Aku Senangi, Yang di seputar Mercu Buana.
1 comment so far

Hari ke dua dan ke tiga kami jalani tanpa ikut paket wisata. Setelah dirasa mengenal medan dengan bertanya ke beberapa orang yang kami temui dan mengandalkan peta perjalanan wisata Phuket, kami menjelajah daratan Phuket menggunakan sepeda motor sewaan.  Phuket adalah daerah turis, banyak fasilitas yang tersedia untuk turis, termasuk berbagai kendaraan sewaan. Tarif sewa motor biasanya 300 bath per hari. Berkendara menggunakan motor di Phuket bisa gampang – gampang susah. Gampangnya antara lain pemilik motor sangat percaya kepada penyewa. Asal bayar sesuai tarif selesai, tanpa perlu jaminanan, kita diberi motor dan kuncinya. Tidak perlu menggunakan STNK di Phuket. Tidak pernah ada razia Polisi di sana. Meski dominan menggunakan Bahasa dan Huruf Thai,  hampir semua petunjuk arah dan nama jalan dilengkapi dengan Bahasa Inggris berhuruf Latin. Susahnya adalah nama jalan – yang berhuruf Latin setidaknya – hanya terpampang di ujung – ujung jalan. Jadi ketika kita tidak memperhatikan dan menghapal nama jalan tersebut, kita tidak akan mendapatkan nama jalan tersebut saat sampai di tengah.

8-SalahSatuSudutKotaTua

Gambar  1 Gedung tua di sudut Kota Tua Phuket

gambar-2

 

Gambar  2 Gang Soi Romanee, kawasan pecinan di Kota Tua Phuket

Tujuan kami yang pertama adalah Kota Tua Phuket di tengah Kota Phuket yang sebenarnya tidak jauh dari tempat kami menginap di daerah pantai Panwa. Setelah beberapa kali tersesat, tengah hari kami sampai di Kota Tua itu. Lokasi Kota Tua tidak jauh dari Circle Clock yang merupakan penanda utama Kota Phuket, seperti halnya Monas di Jakarta. Kota tua ini dulu menurut sejarahnya adalah tempat tinggal para imigran Tionghoa ke Phuket, mereka disebut dengan Thai Hua. Representasi Kota tua ini berupa bangunan – bangunan kuno bergaya Chino – Portugise di sepanjang dan sekeliling jalan Thalang Road – Krabi Road – Mae Luan Road – Thung Kha Road  dan Thepkrasattri Road.  Di jalan – jalan ini bangunan – bangunan tua masih terlihat asli dan kokoh. Kebanyakan bangunan tua ini dulunya – menurut penjelasan di Thalang Museum – adalah rumah – rumah pribadi milik pekerja / pengusaha Thai Hua.  Kebanyakan sekarang difungsikan sebagai kios – kios, tempat beribadatan, kantor pemerintah, kantor pos dan museum.  Salah satu bangunan menarik yang mencolok menarik perhatian di Kota Tua ini berupa wat/candi tempat peribadatan ummat Budha. Seperti kebanyakan bangunan sejenis di Thailand, candi ini selalu menempati tempat yang luas, berbentuk bangunan tinggi dengan dominasi warna kuning emas.

9-PetaHartaKarunKotaTuaPhuket

Gambar  3 Peta Harta Karun Kota Tua yang memudahkan pelancong asing, peta seperti ini mudah di dapatkan di kaki lima berupa brosur

Di Thalang Road tedapat museum Thalang yang menyimpan kisah Thai Hua. Pada awal kedatangannya mereka adalah pekerja pada tambang Timah di Phuket. Selain kisah perjalanan perantauan mereka, museum Thalang Road juga menceritakan budaya mereka mulai dari kelahiran, upacara pernikahan sampai dengan ritual kematian. Dokumentasi, photo – photo, model atau narasi mengenai pakaian, rumah, dan makanan mereka juga tersaji. Semuanya dalam format yang cukup detil. Rumah orang Thai Hua misalnya, disajikan dalam bentuk maket yang memperlihatkan per bagian ruangan dalam rumah yang biasanya terdiri dari dua lantai, apa fungsi masing – masing ruangan, siapa saja yang biasanya ada di ruangan tersebut, dan bagaimana penggunaan ruangan tersebut. Demikian juga pakaian, ada narasi contoh pakaian, narasi penggunaan dan lain – lain. Terdapat pula model makanan orang Thai Hua seperti bakso dan mi. Masih banyak yang bisa dilihat dan dinikmati mengenai semua yang terkait dengan Thai Hua di Museum ini. Tokoh – tokoh penting Thai Hua dalam bidang pendidikan, adalah salah satunya.

musem-thalang

Gambar  4 Thalang Museum di Thalang Road, tempat di mana sejarah bercerita mengenai perjalanan para perantauan Thai Hua dari tanah Tiongkok sampai Phuket memulai dari menjadi pekerja di pertambangan timah, membangun tradisi unik bersumber budaya Tiongkok, dan membangun pusat Kota Phuket

peralatan-thai-hua

Gambar  5 Koleksi berbagai peralatan yang digunakan orang – orang Thai Hua pada masa lalu

alat-tukar-thai-hua

Gambar  6 Alat tukar (uang) yang digunakan pekerja Thai Hua di pertambangan timah Phuket masa lalu

dokumentasi-masa-lalu

Gambar  7 Dokumentasi masa lalu yang menceritakan kegiatan penambangan timah di Phuket

contoh-hasil-tambang

Gambar  8 Contoh hasil tambang

maket-rumah-orang-thai-hua

Gambar  9 Maket rumah orang Thai Hua..

dapur-thai-hua

Gambar  10 Suasana dan peralatan di dapur

11-.SatuSudutCircleClock

Gambar  11 Circle Clock, Penanda Utama Kota Phuket seperti halnya Monas untuk Jakarta

 

Hari berikutnya masih dengan menggunakan motor, kami menjelajah ke bagian tengah daratan Phuket. Kami mengunjungi Wat Chalong (Chalong Temple) di daerah Chalong dan Big Buddha. Semua tempat menarik di Phuket selalu ramai oleh turis – turis asing, demikian juga Wat Chalong. Wat Chalong merupakan komplek peribadatan bagi ummat Budha. Komplek ini juga cukup luas dengan tiga atau empat blok bangunan. Bangunan utama terdiri dari tiga tingkat berada di tengah – tengah komplek. Di bangunan ini bisa dilihat patung Budha berbagai ukuran dengan berbagai sikap berdiri, duduk, bahkan terbaring. Sementara setiap dinding dihiasi dengan lukisan – lukisan indah yang kelihatannya menceritakan perjalanan dan tauladan dari sang Budha. Juga beberapa gambar / foto biksu utama yang mungkin merupakan reinkarnasi dari Budha Gautama sehingga mendapatkan tempat yang istimewa dalam sejarah umat Budha.

12- BangunanUtamaChalongWat

Gambar  12Bangunan utama di Wat Chalong / Chalong Temple. Megah didominasi warna kuning emas

13-.ChalongWatSebagianIsi

Gambar  13 Sebagian isi bangunan utama Wat Chalong. Patung Budha, foto – foto, lukisan semuanya indah untuk dipandang

14.BangunanYgLain

Gambar  14 Bangunan lain di komplek Wat Chalong

Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Big Budha. Disebut demikian karena unsur utama komplek ini adalah patung Budha yang sangat besar dalam posisi duduk. Posisinya yang di puncak bukit dan ukurannya yang sangat besar membuatnya bisa terlihat dari tempat – tempat yang sangat jauh. Bahkan dari Port Chalong tempat keberangkatan kami ke Phi Phi Island hari sebelumnya pun, Big Budha terlihat. Juga bisa dipandang dari lantai dua dan tiga bangunan utama Wat Chalong. Komplek Big Budha ini sejatinya belum selesai dan masih dalam tahap pembangunan. Bahkan di bagian utama bangunan penyangga Big Budha masih terlihat besi – besi rangka beton yang dalam proses pengerjaan. Bangunan tempat memamerkan segala pajangan, foto, dokumentasi atau media – media lain hanya berupa bangunan sementara beratapkan asbes. Tetapi inilah hebatnya otoritas wisata Thailand atau Phuket khususnya, komplek wisata belum jadi pun bisa dikemas menjadi tujuan wisata yang dikunjungi sangat banyak turis dari berbagai negara termasuk wisatawan dari Indonesia.

15-BigBudhaDariWatChalong

Gambar  15 Big Budha dilihat dari Wat Chalong

 

Kami perhatikan semua ya semua apapun yang terkait dengan pembangunan Big Budha ini dikemas dalam berbagai media untuk disajikan menjadi sesuatu yang menarik untuk dilihat dan sekedar diingat pengunjung. Pengunjung bisa melihat gagasan dan ide awal pembangunan Big Budha, bagaimana dana dikumpulkan, mata uang apa dan dari negara mana saja yang berperan dalam pembangunan Big Budha ini, bahan bangunan apa saja dan dari mana yang digunakan, bagaimana proses pembuatan bagian per bagian dikerjakan, dan seterusnya. Pengunjung dan siapapun boleh menyumbang dengan satuan bath tertentu untuk dijadikan dalam bentuk apa (semen, ubin, dst). Dan untuk setiap sumbangan ini penyumbang bisa mengabadikan namanya yang kelak akan jadi bagian yang akan ditunjukkan.

16-.BigBudha

Gambar  16 Big Budha, masih dalam proses pembangunan. Toh sudah sangat ramai dengan kunjungan turis manca nergara

 

Penduduk Thailand sangat menghormati Raja dan sangat bangga dengan bangsa dan negaranya. Mungkin aneh bagi kita, ketika acara televisi dimulai dan dinyanyikan lagu kebangsaan semua yang melihat dan mendengar dengan sukarela menghentikan aktivitasnya dan dengan sikap sempurna ikut menyajikan lagu kebangsaan. Tetapi itulah yang terjadi di Thailand. Maka tidak heran jika di semua tempat keramaian apalagi tempat – tempat wisata religi seperti Big Budha ini gambar dan photo Raja Bumiphol selalu mendapat tempat istimewa. Di komplek Big Budha dokumentasi foto – foto aktivitas Raja baik sebagai kepala negara, kepala rumah tangga, atau sebagai biksu disajikan sebagai sesuatu yang sangat menarik.  Saat kami berkunjung, seorang perajin pahat kayu sedang menggarap replika mata uang kertas 1000 bath yang dikerjakan pada media kayu ukuran kira – kira 2 x 1 meter dengan ketebalan kurang lebih 10 – 20 cm. Replika ini sebagai persembahan rakyat untuk Raja yang dicintainya. Begitu keterangan tertulis yang bisa dibaca.

17-RuangPamerSementara

Gambar  17 Ruang pamer sementara di komplek Big Budha. Bangunan sementara beratap asbes..

18-.MataUangMenunjukkanAsalDonatur

Gambar  18 Koleksi mata uang yang berperan dalam membangun Big Buddha, termasuk Rp.

19-PersembahanUntukRajaTercinta

Gambar  19 Replika 1000 Bath Thailand, persembahan untuk raja yang dicintai

Belanja untuk mendapatkan oleh – oleh rasanya tidak mungkin terlewatkan untuk perjalanan ke negari orang seperti ini. Maka itu pula yang menjadi agenda utama kami. Tentu saja kami ingin mendapatkan harga yang murah. Referensi yang kami dapatkan dari internet sebelumnya untuk berburu suvenir mayoritas adalah Central Festival dan tempat – tempat wisata itu. Tetapi di tempat – tempat ini harga lebih mahal. Kami tidak belanja ke tempat – tempat tersebut melainkan mencoba mendapatkannya di tempat asal sovenir atau setidaknya pasar grosir.  Untuk mendapatkan tempat belanja ini, kami menanyai hampir setiap orang Phuket berinteraksi dengan kami. Hingga akhirnya kami mendapatkan keterangan di rumah makan muslim di kota tua Phuket. Tempat belanja ini namanya Expo Market, tidak jauh dari Kota Tua dan berdekatan dengan Circle Clock. Benar saja, barang –barang di sini sangat bervariasi sebagai sovenir. Mulai dari yang standard seperti kaos, gantungan kunci, patung gajah berbagai ukuran dan bahan, lukisan, patung budha dan lain – lain. Sampai dengan yang khas Thailand seperti cermin rias untuk wanita. Harga di sini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga di Kota Tua atau di tempat – tempat wisata, bisa setengah atau setidaknya dua pertiga.

7-SudutdiPhiPhiIsland

Gambar  20 Expo Market, salah satu tempat alternatif untuk belanja sovenir yang murah

Sebagai penutup dari cerita perjalanan ke Phuket ini, beberapa catatan mungkin berguna bagi kita terutama anda yang hendak ke Phuket untuk pertama kalinya. Saya kira yang membuat wisata Thailand begitu terkenal adalah kemasan dan layanannya yang sangat baik. Promosi di Internet yang merupakan gerbang informasi untuk seluruh jagad kelihatannya benar – benar dimanfaatkan oleh mereka. Baik secara formal oleh institusi yang bertanggung jawab maupun pihak lain yang berkepentingan seperti agen tour dan travel. Promosi secara informal di forum – forum, blog, dan lain – lain juga begitu mudah di dapatkan. Setidaknya kita akan bisa mendapatkan informasi – informasi berikut tentang Phuket : Apa yang ada, tempat – tempat yang wajib dikunjungi dikategorikan berdarkan: wisata entertain, wisata malam, wisata belanja, wisata sejarah, dan seterusnya.  Ada juga informasi mengenai bagaimana mengunjuginya, apa yang sebaiknya di bawa, apa yang boleh dan apa yang tidak dan lain – lain. Tak ketinggalan tarif yang memberikan kepastian dan kemudahan pengaturan anggaran.

 

Bungkusan yang ke dua adalah bagaimana mereka memaketkan suatu lokasi wisata sehingga terlihat menarik. Satu tempat wisata sebenarnya, tetapi bisa terkesan 3 – 4 karena diambil dari sudut yang berbeda dengan narasi yang berbeda. Padahal tempatnya itu – itu juga. Sengaja diambil foto –foto berjibunnya pengunjung yang secara mencolok membedakan bahwa mereka dari manca negara, maka banyak foto bule bersenang-senang di bungkusan – bungkusan itu. Kemasan berikutnya adalah bagaimana mereka menjualnya. Di setiap sudut Phuket dengan mudah ditemukan kaki lima penjaja paket wisata. Ini memudahkan bagi siapapun sekalipun ini kedatangan pertama mereka di Phuket.

 

Layanan, jangan ditanya bagaimana seolah – olah semua pihak di sana sebagai pintu depan penerima turis mempunyai prosedur yang baku. Bisa berbicara Bahasa Inggris, ramah, dan banyak bicara. Mulai dari sopir, penjaja paket turis kaki lima, penjaga hotel /motel, sampai pemandu wisata tentu saja, semuanya bisa berbahasa Inggris meski standard minimal. Semuanya banyak bicara dan senang ngobrol.  Jika kita sudah ikut paket wisata, termasuk makan misalnya, semuanya dipenuhi tanpa ingkar janji. Tidak ada lagi sama sekali pungutan di tempat –  tempat wisata itu.

 

Bagi kita yang muslim, di Phuket tidak perlu khawatir dengan makanan. Mayoritas penduduk Phuket, terutama di daerah Selatan, adalah muslim. Maka tidak heran jika banyak bertebaran restoran dan rumah makan muslim. Bahkan penduduk Phuket – yang muslim  tentu saja – akan selalu mengucapkan salam terlebih dahulu jika melihat rombongan kita ada yang berjilbab. Di Kota Phuket dan sekitarnya, masjid cukup mudah untuk ditemukan karena memang kebanyakn orang Phuket dari suku Phattani yang secara kultural memeluk Islam.

20-SalahSatuMasjidDiKotaPhuket

Gambar  21 Masjid Agung di Kota Phuket

Jika berbelanja, apalagi di pasar dan pedagang mengetahui kita turis asing, jangan segan – segan untuk menawar. Barang yang dijual biasanya ditawarkan dengan harga gila. Rata  – rata kami membeli barang dengan harga sepertiga sampai maksimal setengah dari harga yang ditawarkan. Bahkan untuk satu item barang dari penawaran 290 bath bisa dilepas dengan harga 40 bath !. Terakhir, cuaca di Phuket kebanyakan panas terik. Paling tidak itulah yang kami alami dan penjelasan dari beberapa orang yang kami temui. Setidaknya Januari di saat tanah air diguyur hujan hampir tiada henti, Phuket panas menyengat. Maka ada baiknya anda selalu menggunakan penutup kepala, kaca mata hitam, atau jangan lupakan sun block jika di daerah pantai / laut.

 

(www.mercubuana.ac.id) , https://moedjionosadikin.wordpress.com

Perjalanan ke Puket Dari Pantai Sampai Bukit, Berkano dan menemui Big Budha April 1, 2014

Posted by Mujiono Sadikin in Yang Aku Jalani (Perjalanan), Yang Aku Senangi, Yang Sayang Dilupakan.
add a comment
  1. Seri Pantai Laut : Ao Port Pier – Panak Island – Hong Island – James Bonds Island – Lawa Island – Maya Bay – Phi Phi Island  – Khai Island

102_3075Perjalanan Pertama Mengikuti paket wisata Pulau, Pantai, Laut Kompromi antara tanggal konferensi yang saya ikuti di Phuket Thailand dan jadwal penerbangan yang tersedia mengharuskan saya tinggal lebih lama di Phuket. Waktu yang senggang kami (saya berdua istri) isi dengan mengikuti paket wisata pantai, laut, pulau – pulau di hari pertama dan kedua. Sedangkan hari ke tiga empat, menjelajah daratan Phuket dengan sepeda motor sewaan, tanpa ikut paket wisata.   Bagi anda yang baru pertama kali datang ke Phuket, tidak perlu khawatir dengan tujuan wisata dan cara menikmatinya. Begitu kita keluar Bandara dan juga di hampir sepanjang jalan Phuket, paket – paket wisata dijajakan di kios – kios dengan harga yang bervariasi dan penjaga kios biasanya fasih menjelaskannya dalam Bahasa Inggris. Atau jika masih punya waktu lebih, kita bisa mencari jasa paket wisata di Internet. Sangat banyak pilihan paket ditawarkan di Internet dengan berbagai variasi harga tergantung isi paket misalnya apakah termasuk penginapan atau tidak, termasuk tiket pesawat atau tidak.  Paket standard biasanya terdiri dari jemputan di hotel menuju tempat – tempat wisata sudah termasuk tiket masuk, makan siang, tips pemandu, tips pengemudi dan pengantaran kembali ke hotel. Karena Phuket merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal, banyak penerbangan dari Jakarta langsung ke Bandara Internasional Phuket. Air Asia misalnya, melakukan penerbangan 3 kali seminggu Jakarta – Phuket, Phuket – Jakarta. Sesampai di Bandara Internasional kita bisa menggunakan taksi untuk sampai penginapan. Ongkos taksi antara 400 Bath sampai dengan 800 Bath tergantung jarak. Bandara international Phuket terletak di utara Phuket, di Distrik Thalang. Jika tujuan kita masih di area ini ongkos taksi bisa 400 Bath, tetapi jika tujuan di area selatan seperti Kathu atau Mueang Phuket, ongkos bisa 800 atau maksimal 1000 Bath. Untuk transport di di daratan dan kota beberapa alternatif tersedia antara lain tuk – tuk khas Thailand, bus untuk jarak menengah, taksi, bahkan ojek motor, sewa mobil atau motor.  Tempat penyewaan mobil atau motor banyak tersedia di pinggir – pinggir jalan sekaligus informasi tarifnya. Untuk  mobil sekitar 900 – 2000 Bath tergantung jenisnya, sementara motor 300 bath per hari. Tuk – tuk dan bus beroperasi pada waktu terbatas, biasanya hanya sampai jam 18.00. Untuk pendatang asing yang baru datang ke Phuket rasanya bus dan tuk – tuk tidak disarankan karena alasan Bahasa dan ketidaktahuan rute. 102_3274 Gambar  1 Bermacam – macam Brosur Paket Wisata bisa ditemukan di berbagai tempat, mulai dari Bandara sampai dengan kios – kios kaki lima   Kami memilih mendapatkan paket wisata  dari seseorang yang kontaknya kami dapatkan di Internet, namanya Mrs Ladda. Mrs. Ladda ini sudah biasa menjadi agen wisata personal bagi turis asing dan namanya cukup terkenal di dunia maya untuk urusan membantu mengatur perjalanan wisata turis, terutama turis asal Indonesia. Korespondensi mengenai paket dan harga dilakukan melalui email. Jasa yang kami dapatkan termasuk penjemputan dari bandara dan paket perjalanan dua hari tidak termasuk hotel. Hotel kami pesan terpisah melalui situs penyedia jasa pemesanan hotel.   Saya menemukan Mrs Ladda dengan segala attributnya sekitar 3 bulan yang lalu. Dan sekitar 3 bulan yang lalu juga saya mengontaknya melalui email. Sehari dua hari, seminggu dua minggu, dan sebulan dua bulan, tidak ada jawaban!. Saya mulai frustasi dengannya. Aih, tiba-tiba 2 minggu sebelum keberangkatan datang surel darinya yang langung to the point mengatur perjalanan kami di sekitar Phuket hari pertama dan kedua. Termasuk dengan tarifnya. Tentu saja saya tidak langsung menerima begitu saja, saya mencoba membanding – bandingkan dengan skenario yang kurang lebih sejenis dari “pihak lain”. Masih lebih baik.   Singkat cerita tanggal 10 Januari malam waktu setempat yang lalu kami tiba di Bandara Phuket. Mrs Ladda dan staffnya sudah menunggu saya dan drivernya mengantar saya ke penginapan yang terletak di daerah Panwa. Ini jauh jika diukur dari Bandara, karena menyeberang phuket. Bandara di seberang utara phuket, sementara panwa di ujung selatan. Bagi kita yang muslim, tidak perlu khawatir dengan makanan. Sebelum kita menanyakan Mrs Ladda sudah menjelaskan bahwa semua makanan halal. Dan dia ternyata juga seorang muslim, nama aslinya Hasanah. Tapi nama panggung yang sudah kadung terkenal di belantara turis adalah Ladda.   Kesan pertama menginjakkan Thailand masih saja sama dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke lain tempat. Berbeda dengan di Indonesia setelah reformasi terutama. Jika di Indonesia – apalagi sekarang – sangat jauh lebih banyak sekali (sengaja digunakan hiperbol begini) gambar – gambar foto orang dengan sederet gelar bertebaran di jalanan atau di tempat umum, baik tersangkut di pohon, ditancapkan di tiang listrik, di baleho, spanduk, dan kadang bercampur dengan penawaran iklan produk; di Thailand foto raja ada di mana – mana. Biasanya dibingkai (setidaknya diberi gambar bingkai) dengan ornamen bagus – bagus dengan warna kuning – warna kuning adalah warna kebesaran Kerajaan Thailand-, dan menempati tempat – tempat terhormat dan mudah di lihat. Dengan demikian tidak ada yang tersangkut di pohon atau bergantungan di tiang listrik. Setidaknya poto Raja ada di baleho-2 persimpangan jalan, dan hampir di setiap pintu gerbang instansi pemerintah atau tentara.

Markas Komando AL Thai, Panwa Cape

Markas Komando AL Thai, Panwa Cape

Gambar  2 Di depan foto Raja di Salah Satu Markas Komando AL Thailand, Cape Panwa   Awalnya saya berpikir akan sulit mencari makanan benar menurut Islam, di Phuket. Ini juga berdasarkan pengalaman beberapa tahun yang lalu di Bangkok. Tetapi di Phuket kondisinya ternyata berbeda. Orang lokal pertama, ke dua, ketiga ke empat, ke lima yang saya ajak mengobrol ternyata muslim, dengan nama muslim.  Mulai dari Hasanah, Abdullah driver, Isnan penjaga hotel, Ahmad driver, Haji Osman pemandu wisata. Mungkin hanya Sujida Nam pemilik gerai tour & travel saja yang non muslim J. Jadi makanan halal di Phuket bukan merupakan hal yang sulit. Bahkan jika melihat kita muslim, untuk yang putri berjilbab, mereka akan menyapa lebih dulu “Asalamu’alaikum” dan penjaja makanan atau pelayan restoran akan menjelaskan “halal – halal”. Memang – setidaknya kata orang – orang lokal yang saya temui itu – di Phuket ini muslim merupakan mayoritas kalau tidak separo – separo terutama di area selatan. Atau setidaknya daerah Panwa ini mayoritas muslim.   Hari pertama kami mengikuti paket perjalanan Ao Port Pier – Panak Island – Hong Island – James Bonds Island – Lawa Island yang merupakan kemasan jalan-jalan antar pulau – pulau kecil di sekitar Phuket di Laut Andaman. Transportasi utama yang digunakan adalah kapal motor ukuran sedang berpenumpang 25 – 65 orang. Kapal motor ini terdiri dari dua tingkat, tingkat pertama di bawah, merupakan lokasi tempat mayoritas kru bekerja. Kru terdiri dari awak kapal (nakoda), pemandu wisata, koki, pelayanan makanan, dan tukang kayuh kano. Maka di tingkat bawah disimpan semua perlengkapan dan keperluan mereka seperti dapur beserta perabotan dan bahan masakan, kano, jaket pelampung, dll. Bagian atas kapal diperuntukkan bagi penumpang perjalanan, ada bangku  – bangku sederhana dari kayu di semua sisi. Di tengah ada meja makan.

Bersandar di Po Pier, menunggu wisatawan

Bersandar di Po Pier, menunggu wisatawan

Gambar  3 Kapal Motor dua tingkat bersandar di Port Pier siap mengantar turis berkeliling kepulauan sekitar Phuket Perjalanan dimulai dari Port Pier, menuju pulau Panak sebagai singgahan pertama. Pulau – pulau di sekitar Phuket ini (sama seperti Halong bay di Vietnam) merupakan pulau – pulau kecil yang kelihatannya seperti batuan. Yang membuatnya sangat menarik adalah konstruksinya yang menjulang ke atas dan sisi – sisinya tegak lurus dengan permukaan laut.  Dari kejauhan, jajaran pulau – pulau ini terlihat sangat indah dengan dinding – dindingnya yang kokok menjulang muncul dari permukaan laut. Di tengah pulau – pulau kecil ini biasanya terdapat laguna yang airnya tenang dengan kedalaman tidak seberapa. Nah tujuan utama paket perjalanan ini sebenarnya  melihat – lihat pemandangan di sekitar laguna sambil berkano ria.  Jika kita beruntung di sisi – sisi gua dalam pulau – pulau ini beberapa binatang menampakkan diri seperti  iguana, monyet, burung – burung bahkan ikan – ikan kecil yang senang berjalan di lumpur laguna.

102_2908

Gambar  4 Mendekati salah satu pulau batu dari kapal motor 102_2932 Gambar  5 Pulau Gunung Batu dari jarak dekat

 6-.LautLepasDariPintuLaguna

Gambar  6 Kapal dan Perahu Wisata Berbagai Ukuran berseliweran di sekitar pulau

102_2997

Gambar  7 Makan siang di atas kapal yang berlayar di lautan di antara pulau – pulau batu

 102_2988

Gambar  8 Menyusuri laguna di rongga pulau Singgahan berikutnya adalah Hongs Island.  Apa yang dilakukan sama dengan Panak Island, tetapi laguna dan pemandangan di sini lebih eksotik. Karena kita dibawa kano memasuki gua  – gua di bawah Pulau Hong. Karena laguna – lagunanya berada di ronga – rongga pulau – pulau batu itu, maka keadaan di sini terasa gelap meski di luar siang terik menyengat.  Diperlukan bantuan lampu penerang untuk menyusuri gowa – gowa bawah pulau di atas laut Andaman ini.  Suasana ini lah saya rasa salah satu kelebihannya. Selain juga lebih banyak satwa bisa ditemukan di sini. 1-. Berkano Mengitari Pulau Gambar  9 Berkano di laguna Kepualuan Hong

102_2973

  Gambar  10 Saya Cukup beruntung bertemu dan mendekati Iguana di antara bebatuan di atas laguna   102_2944 Gambar  11 “CanoDriver” menunggu kapal motor pengangkut turis tiba di  Hongs Island. Kapal Motor, Segrup Cano, dan Segrup long Boat di JamesIsland biasanya milik satu perusahaan terntentu. Mereka dapat dibedakan dari warna seragam dan canonya

 102_2983

Gambar  12 Keluar dari rongga pulau  di atas laut   Selesai bermain di situ, perjalanan dilanjutkan ke James Bond Island. Dari Panak Island biasanya tengah hari. Maka sudah waktunya makan siang. Makan siang dilakukan di atas kapal motor tadi. Menu makanan standard Thailand. Ada tom yam, ada ayam goreng tepung, cap cay, dll. Tidak tertinggal buah dan minuman ringan selalu tersedia. Pisang dan semangka adalah buah standard di Phuket. Bagi pengunjung muslim, tidak perlu khawatir dengan makanan. Kebanyakn kru di sini, bahkan kokinya muslim. Dan mereka menjamin semua hidangan yang  disajikan merupakan makanan halal. Di James Bond Island,  kita diajak menikmati konstruksi batu cadas yang tidak biasa. Sekilas beberapa bagian batu cadas tengah laut itu membentuk formasi gajah di sisi – sisinya.  Konon tahun 1974 kepuluan ini pernah digunakan shooting film James Bond. Karena itulah, pulau ini disebut begitu.  Untuk mencapai daratan di pulau ini digunakan long Boat yang suara berisiknya minta ampun. Mesin motornya telanjang (kelihatannya sengaja begitu) lebih besar dari mesin truk diesel ukuran besar.  Suara – suara bising dan keras ini kelihatannya juga menjadi ciri dan daya tarik tersendiri hasil kemasan yang luar biasa oleh pengurus pariwisata di Thailand ini. 4-. GugusanJamesBondIsland Gambar  13 Salah satu formasi di James Bond Island. Berdasarkan keterangannya formasi kepulauan batu di James Bond Island ini terbentuk karena pada jaman purba air laut turun secara drastis dan tiba – tiba sehingga menyisakan bebatuan yang muncul di permukaan laut saat ini. 102_3042 Gambar  14 Long boat melaju menjemput turis di kapal motor 102_3046 Gambar  15 Turun dari kapal motor berganti mode transportasi menggunakan long boat menuju James Bond Island 102_3003 Gambar  16 Kerumunan turis lalu lalang naik turun long boat di James Bond Island   Persinggahan terakhir adalah Lawa Island. Di sini kita bisa rileks, nyebur di laut atau berjemur di pantai berpasir putih yang lembut.  Tak ada gading yang tak retak. Dengan segala kelebihan kualitas kemasan dan layanannya masih ada kekurangan yang  cukup mengganggu di sisi lokasi wisatanya. Toilet di Lawa Island sangat buruk dan kotor, air tidak mengalir, bau menyengat minta ampun. Sayang.   Paket wisata hari ke dua masih bertema laut dan pantai. Tujuan perjalanan adalah ke Maya Bay, Monkey Beach, Phi Phi Island, dan Khai Island. Pemberangkatan dari pelabuhan Chalong Bay menggunakan speed boat kapasitas 45 penumpang. Seperti halnya paket perjalanan sebelumnya, pemandu wisata menjelaskan rute tujuan dan rute perjalanan, apa yang akan dilakukan dan waktu masig – masing kegiatan, dalam Bahasa Inggris yang cukup mudah dimengerti. Di Maya Bay, pengunjung bisa menikmati keindahan pantai di tengah cekungan pulau dengan air laut yang jernih tenang berpasir putih lembut. Maya Bay selalu ramai dengan turis – terutama Eropa dan Asia Oriental – yang berjemur dan menikmati sengatan matahari yang selalu terik. Di sini mayoritas yang dilakukan adalah menikmati pemandangan pantai yang dikelilingi pulau – pulau batu berkonstruksi curam 90 derajat, menjulang dari permukaan air laut.  Setelah dirasa cukup waktu berkeliling pulau, kapal motor cepat meneruskan perjalanan sedikit ke tengah menuju kedalaman yang cukup. Kapal membuang jangkar ke tengah laut, dan wisatawan dipersilakan snorkling sekitar 30 menitan.  Aktivitas berikutnya di Monkey Bay adalah menyaksikan monyet  – monyet yang banyak berkeliaran, mengambil foto tentu saja. 5-.DeretanSpeedBoatDanKerumunanTurisdiMayaBay Gambar  17 Deretan Speed Boat dan Kerumunan Turis di Maya Bay   6-.LautLepasDariPintuLaguna Gambar  18 Laut Lepas dari Pintu Laguna   Persinggahan berikutnya adalah Phi Phi Island untuk makan siang dan sekedar jalan – jalan di daratan. Phi – phi Island merupakan pulau yang sangat terkenal di kalangan wisatawan dunia. Sinar matahari yang terik dan cuaca yang selalu cerah, dengan pantai berpasir putih yang lembut merupakan surga yang dicari oleh turis – turis Eropa.  Maka tidak heran kalau di sini sangat banyak turis Eropa.  Bahkan saya rasa jauh melebihi penghuni domestik. Sementara di sekeliling pulau ini didominasi oleh pasir putih yang lembut yang mereka cari, di pulau tersedia berbagai keperluan mereka mulai dari cafe & bar, salon kecantikan, toko – toko souvenir, atau tukang tato tubuh.  Berbeda dengan pulau  – pulau kecil lainnya yang hanya sekedar dijadikan persinggahan, di Phi Phi Island turis bisa menginap untuk jangka waktu tertentu. Banyak penginapan dan motel ditawarkan di sini. Secara periodik juga ada speed boat yang melayani rute Phi Phi Island – Chalong Port.  Persinggahan terakhir sebelum kembali ke Chalong Port adalah Khai Island. Tujuan utama di sini adalah berenang dan berjemur di pantai, tidak berbeda dengan di Phi Phi Island. Jadi sebenarnya di sini tidak terlalu menarik lagi. Kondisi daratan di Khai Island tidak terlalu baik kalau tidak dikatakan buruk. Kios – kios makanan terkesan seadanya hampir seperti kampung nelayan. Toilet kotor, sampah berserakan dan seringkali terlihat tikus – tikus berseliweran mencari sisa – sisa makanan para turis. 7-SudutdiPhiPhiIsland Gambar  19 Salah satu sudut di daratan Phi Phi Island 15-BigBudhaDariWatChalong Gambar  20 Big Buddha terlihat dari kejauhan, dari Chalong Bay Port

Mengisi Waktu Hari Pertama : Ao Port Pier – Panak Island – Hong Island – James Bonds Island – Lawa Island Januari 15, 2014

Posted by Mujiono Sadikin in Yang Aku Jalani (Perjalanan), Yang Aku Pelajari, Yang Aku Senangi, Yang di seputar Mercu Buana, Yang Sayang Dilupakan.
2 comments
Berkano di Pangna Island

Berkano di Pangna Island

Kompromi antara tanggal konferensi yang saya ikuti di Phuket Thailand dan jadwal penerbangan yang tersedia mengharuskan saya tinggal lebih lama di Phuket. Maka dengan asistansi Mrs Ladda saya mengikuti program jalan – jalan sekitar Phuket. Paket perjalanan Ao Port Pier – Panak Island – Hong Island – James Bonds Island – Lawa Island ini merupakan kemasan jalan jalan antar pulau – pulau kecil di sekitar Phuket Laud Andaman. Transportasi utama yang digunakan adalah kapal motor ukuran sedang berpenumpang 25 – 65 orang tergantung ukuran. Kapal boat ini dua tingkat, tingkat pertama di bawah, merupakan lokasi tempat mayoritas kru bekerja. Kru terdiri dari awak kapal (nakoda), pemandu wisata, koki, pelayanan makanan, dan tukang kayuh kano. Maka di tingkat bawah disimpan semua perlengkapan dan keperluan mereka seperti dapur beserta perabotan dan bahan masakan, kano, jaket pelampung dst dls dll. Bagian atas kapal diperuntukkan bagi penumpang perjalanan, ada bangku  – bangku sederhana dari kayu di semua sisi. Di tengah ada meja makan.

 

Bersandar di Po Pier, menunggu wisatawan

Bersandar di Po Pier, menunggu wisatawan

Perjalanan dimulai dari Port Pier, menuju pulau Panak sebagai singgahan pertama. Pulau – pulau di sekitar Phuket ini (sama seperti Halong bay di Vietnam?) merupakan pulau – pulau kecil yang kelihatannya seperti batuan. Yang membuatnya sangat menarik adalah konstrusksinya yang menjulang ke atas dan sisi – sisinya tegak lurus dengan permukaan laut.  Di tengah pulau – pulau kecil ini biasanya ada laguna yang airnya tenang dengan kedalaman tidak seberapa. Nah tujuan utama paket perjalanan ini sebenarnya  melihat – lihat pemandangan di sekitar laguna sambil berkano ria.  Jika kita beruntung di sisi – sisi gua dalam pulau – pulau ini beberapa binatang menampakkan diri seperti  iguana, monyet, burung – burung bahkan ikan – ikan kecil yang senang berjalan di lumpur laguna.

 

102_2892 102_2908 102_2960Singgahan berikutnya adalah Hongs Island.  Apa yang dilakukan sama dengan Panak Island, tetapi laguna dan pemandangan di sini lebih eksotik. Karena kita dibawa kano memasuki gua  – gua di bawah Pulau Hong. Juga lebih banyak satwa bisa ditemukan di sini.

 

Selesai bermain di situ, perjalanan dilanjutkan k eJames Bond Island. Dari Panak Island biasanya tengah hari. Maka sudah waktunya makan siang. Makan siang dilakukan di atas kapal boat tadi. Menu makanan standard Thailand. Ada tom yam, ada ayam goreng tepung, cap cay, dll. Tidak tertinggal buah dan minuman ringan selalu tersedia. Pisang dan semangka adalah buah standard di Phuket ini.  Di James Bond Island,  kita diajak menikmati konstruksi batu cadas yang tidak biasanya. Sekilas beberapa bagian batu cadas tengah laut itu membentuk formasi gajah di sisi – sisinya.  Konon tahun 1995 kepuluan ini pernah digunakan shooting film James Bond. Karena itulah, pulau ini disebut begitu.  Untuk mencapai daratan di pulau ini digunakan long Boat yang suara berisiknya minta ampun. Mesin motornya telanjang (kelihatannya sengaja begitu) lebih besar dari mesin truk diesel ukuran besar.  Suara – suara bising dan keras ini kelihatannya juga menjadi ciri dan daya tarik tersendiri hasil kemasan yang luar biasa oleh pengurus pariwisata di Thailand ini.

Little beautiful Nada with her father

Little beautiful Nada with her father

 

102_2983 102_2988 102_2997 102_3001 102_3010 102_3012 102_3014 102_3027 102_3042 102_3067 102_3075 102_3084

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Persinggahan terakhir adalah Lawa Island. Di sini kita bisa relaks, nyebur di laut atau berjemur di pantai berpasir putih yang lembut.  Tak ada gading yang tak retak. Dengan segala kelebihan kualitas kemasan dan layanannya masih ada kekurangan yang  cukup mengganggu di sisi lokasi wisatanya. Toilet di Lawa Island sangat buruk dan kotor, air tidak mengalir, bau menyengat minta ampun. Sayang.. (www.mercubuana.ac.id) 

 

 

 

2014 2nd International Conference on Innovation and Information Management(ICIIM 2014), Phuket, Thailand Januari 14, 2014

Posted by Mujiono Sadikin in Yang Aku Jalani (Perjalanan), Yang Aku Pelajari, Yang Aku Pikirkan, Yang Aku Senangi, Yang di seputar Mercu Buana, Yang Kami Kerjakan, Yang Sayang Dilupakan.
add a comment

ICIIM (iciim.org) merupakan salah satu konferensi tahunan yang diorganisasikan oleh IACSIT (www.iacsit.org). ICIIM 2014  diadakan di Phuket Thailand. Tujuan dari iCIIM 2014  adalah untuk menyediakan landasan fasilitas bagi peneliti, perekayasa, akademisi maupun profesional dari kalangan industri dari seluruh penjuru dunia untuk mempresentasikan hasil penelitian dan aktivitas pengembangan di area inovasi dan pengelolaan informasi. Mengutip dari situs resmi konferensi, konferensi ini juga menyediakan kesempatan bagi semua peserta untuk saling bertukar ide – ide baru maupun pengalaman penerapan aplikasi riset secara face to face sebagai landasan relasi bisnis maupun penelitian untuk mendapatkan jaringan global demi terwujudnya kolaborasi dan kerja sama yang baik.

Mengutip laporan panitia ICIIM 2014, kompetisi makalah di konferensi ini cukup ketat. Dari 200 makalah yang masuk hanya sekitar 50 yang dinilai layak dan memenuhi syarat untuk dipresentasikan serta dipublikasikan di jurnal internasional. Untuk ICIIM, makalah yang masuk dipublikasikan di  Journal of Advanced Management Science  (ISSN: 2168-0787 http://www.joams.com ), yang akan diindeks olah Ulrich’s Periodicals Directory, Google ScholarEBSCOEngineering & Technology Digital Library and Electronic Journals Digital Library.

luch-with-keynote-speakersIsu utama yang diangkat pada ICIIM 2014 ini adalah algoritma kompetisi dan pengelolaan pengetahuan. Ide algoritma kompetisi disampaikan oleh Prof., Ph.D. Dong Hwa Kim dari Dept. of Electronic and Control Engineering, Hanbat National, Korea.  Algoritma ini diadaptasi dari perilaku alamiah makhluk hidup. Optimasi algoritma kompetisi dilakukan pada algoritma genetika klasik.  Dengan optimasi proses algoritmas genetis ini, Prof Dong mengklaim proses komputasi bisa jauh lebih cepat. Generasi baru algoritma genetika ini diterapkan salah satunya untuk menggenerate robot yang lebih “manusiawi”. Lebih manusiawi di sini adalah  misalnya image robot tiga dimensi yang bisa mewakili emosi manusia. Emosi manusia secara dominan diwakili oleh raut muka, suara, dan gestur tubuh. Meski tentu saja ada unsur – unsur yang lain. Aplikasi nyatanya adalah bagaimana karakter kartun 3 dimensi yang mewakili manusia yang sedang senang misalnya, ketiga unsur tadi merepresentasikan perasaan senang manusia.

Pengelolaan pengetahuan (Knowlodge Management/KM) sebenarnya bukan hal yang baru dalam area sistem informasi. Namun kekinian KM ini tidak akan pernah usang, sepanjanga ilmu pengetahuan berkembang maka permasalahan KM ini juga akan terus bertambah dan membutuhkan ide – ide serta inovasi baru untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Pada presentasinya, Prof Ritesh Chugh dari School of Engineering and Technology, Central Queensland University Australia, mengemukakan thesis “Bagaimana mentransformasi knowledge (tacit, intangible) menjadi informasi (tangible) yang berguna tidak hanya bagi pemilik knowledge tetapi juga pihak lain”. Knowledge adalah pengetahuan yang ada di otak kita masing – masing. Dan hanya kita masing – masing yang tahu. Sementara informasi merupkan pengetahuan yang diketahui bersama atau lebih dari satu orang, bersifat tangible. Mentransformasi knowledge personal menjadi informasi umum merupakan kebutuhan sekaligus tantangan yang utama bagi suatu organisasi.  Dalam kasus ini Prof Ritesh melakukan studi pada beberapa universitas di Australia. Kebutuhan tranformasi knowledge menjadi informasi ini sangat penting karena knowledge melekat pada personal. Dan jika tanpa transformasi ini, maka keberlangsungan organisasi bisa dikatakan sangat tergantung pada personal.  Namun ternyata di kalangan akademisi sekalipun, transformasi ini bukan merupakan hal yang mudah. Banyak tantangan yang harus diatasi antara lain: kesediaan masing – masing personal untuk berbagi knowledge untuk orang lain, ketersediaan waktu (anggapan perlukah dilungkan waktu untuk menuliskan knowledge kita misalnya), kebijiakan organisasi mendukung atau kurang mendukung, budaya tulis yang kurang, sikap pimpinan, dan lain – lain. Profesor Ritesh juga mengajukan beberapa usulan solusi untuk masalah ini.

Sedangkan dari makalah lainnya, topik pembahasan cukup bervariasi mencakup berbagai bidang disiplin ilmu terkait teknologi informasi dan electrical engineering. Bidang teknologi informasi bervariasi mulai dari tata kelola sistem informasi, kecerdasan buatan, bahkan juga pembangunan protitipe aplikasi. Pemakalah datang dari segala penjuru dunia. Dari Asia Pasifik ada Thailand, Malaysia, Indonesia, Korea, Jepang, Australia, India, Canada, China dan Pakistan. Beberapa peserta dari Eropa juga terlihat, dari Timur Tengah antara lain Iran.

http://www.mercubuana.ac.id

Kesan – kesan yang tersisa dari konferensi ICIIM 2014, Phuket Thailand 12 – 13 Januari 2014. Seharusnya kita bisa lebih baik Januari 13, 2014

Posted by Mujiono Sadikin in Yang Aku Pelajari, Yang Aku Pikirkan, Yang Aku Senangi, Yang di seputar Mercu Buana, Yang Kami Kerjakan, Yang Sayang Dilupakan.
add a comment
ICIIM 2014

ICIIM 2014

Seharian ini 13 Januari 2014 saya mengikuti konferensi dan mempresentasikan makalah di ICCIM (www.iciim.org) yang diadakan oleh IACSIT (http://www.iacsit.org/).  Untuk alasan inilah saya berada di Phuket sampai dengan Rabu nanti. Kesan yang saya dapatkan adalah sekilas konferensi ini tidak lebih baik dari beberapa konferensi internasional yang saya ikuti di tanah air seperti ICOICT Telkom, ICIBC Undip, ICTS ITS Surabaya, atau ICID 2011  UII. Dan jauh lebih baik dan lebih ramai ICCIS 2012 University of Technology Petronas Malaysia. Dari sisi infrastruktur pendukung ICIIM, saya hitung beberapa kali power listrik mati sehingga mengganggu acara. SDM yang mengurus pun terkesan kurang memadai. Pembawa acara, pengurus dokumentasi, bahkan pengurus dan penyelesai permasalahan seperti listrik yang mati tadi, hanya seorang yang sama. Untuk konferensi sekelasi ICIIM begini, tentu saja janggal jika hanya ada 3 panitia yang terlihat bekerja. Itupun sudah termasuk tuan rumah sebagai penyampai opening speech. Terkesan fokus pada efisiensi yang kebablasan.

Berdasarkan laporan dari panitia saat pembukaan acara kualitas makalah yang masuk bisa dikatakan bagus jika dilihat dari kompetisinya yang cukup ketat. Dari sekitar 200 makalah yang masuk, hanya 50 yang dinyatakan layak dipresentasikan pada konferensi ini. Dari 50 makalah yang lolos ini mencakup berbagai bidang disiplin ilmu terkait teknologi informasi dan electrical engineering. Bidang teknologi informasi bervariasi mulai dari tata kelola sistem informasi, kecerdasan buatan, bahkan juga pembangunan protitipe aplikasi. Pemakalah memang datang dari segala penjuru dunia. Dari Asia Pasifik ada Thailand, Malaysia, Indonesia, Korea, Jepang, Australia dan Pakistan. Beberapa peserta dari Eropa juga terlihat, Satu dua orang dari Asia Tengah.

Conference Title

Conference Title

Sayang sekali lagi, tidak semua peserta datang mempresentasikan hasil penelitiannya. Dari 50 peserta tersebut, hanya sekitar 25 an yang hadir dan mendiskusikan hasil studinya. Sisanya entah ke mana.  Ini mungkin pengaturan panitia yang kurang pas dan terlalu baik, yaitu pembagian sertifikat yang diberikan saat registrasi. Ini hal yang baru bagi saya. Beberapa saya menghadiri dan mempresentasikan makalah pada konferensi internasional, selalu sertifikat diberikan setelah kita mempresentasikan apa yang kita submit.

Dengan memperhatikan pelaksanaan konferensi itu dan juga sedikit diskusi dengan peserta lainnya. Rasanya beberapa konferensi internasional yang diselenggarakan di tanah air lebih baik dan lebih serius. Sayang – menurut saya – kompetisi kelolosan makalah yang cukup ketat ini tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik. Dan lebih dari itu, dari pengelolaan maupun dari materi, harusnya kita –  UMB, Fasilkom –  bisa menyelenggarakan konferensi internasional dengan cukup percaya diri. Hanya sayang, kita masih belum terlalu bisa menjual. Menjual inilah saya lihat sebagai salah satu kekuatan ICIIM ini. Oh ya, kekuatan yang lain mungkin adalah semua makalah yang dipresentasikan di ICIIM ini otomatis diterbitkan di jurnal   saya kutip saja : All papers for the ICIIM 2014 will be published in the Journal of Advanced Management Science  (ISSN: 2168-0787www.joams.com ), which will be indexed by Ulrich’s Periodicals Directory, Google ScholarEBSCOEngineering & Technology Digital Library and Electronic Journals Digital Library.

Jadi lumayan, satu kum Jurnal Internasional sudah didapatkan 🙂

Sebagian Peserta

Sebagian Peserta

Wallahu alam bissawab 

http://www.mercubuana.ac.id

Ke Phuket : Dipandu Mrs. Ladda, photo raja bukan photo politikus, makanan halal Januari 12, 2014

Posted by Mujiono Sadikin in Yang Aku Jalani (Perjalanan), Yang Aku Pelajari, Yang Aku Pikirkan, Yang Aku Senangi, Yang Sayang Dilupakan.
add a comment
Markas Komando AL Thai, Panwa Cape

Markas Komando AL Thai, Panwa Cape

Ini kedua kalinya saya ke Thailand. Kalau dulu ke Bangkok, sekarang saya berkesempatan menginjakkan kaki di Phuket. Perjalanan ke Phuket ini sebenarnya untuk keperluan dinas, menghadiri dan mempresentasikan paper di iciim.org. Tetapi tentu saja sayang kalau hanya itu yang dijadikan alasan. Kata ABG sekarang “secara phuket gitu loh”. Maka menyambangi tempat – tempat menarik tentu saja sayang dilewatkan.

Internet sangat membantu untuk berbagai keperluan, termasuk mencari tahu hal – hal terkait negeri orang seperti ini. Tetapi untuk menggunakan internet, itupun perlu modal pengetahuan meski hanya sebatas kata kunci. Maka yang pertama saya lakukan adalah mencari kata kunci ke teman yang kebetulan pernah ke sana. Dari kata kunci ini lah akhirnya menuntun ke perjalanan saya menemukan “Mrs Ladda”.  Dia salah satu (setidaknya satu – satunya yang saya tahu) yang bisa membantu mengatur semua perjalanan kita ke Phuket dengan biaya relatif terjangkau dibanding skema perjalanan yang lain.

Saya menemukan Mrs Ladda dengan segala attributnya sekitar 3 bulan yang lalu. Dan sekitar 3 bulan yang lalu juga saya mengontaknya melalui email. Sehari dua hari, seminggu dua minggu, dan sebulan dua bulan, tidak ada jawaban !. Saya mulai frustasi dengannya. Aih, tiba-tiba 2 minggu sebelum keberangkatan datang surel darinya yang langung to the point mengatur perjalanan saya di sekitar Phuket hari pertama dan kedua. Termasuk dengan tarifnya. Tentu saja saya tidak langsung menerima begitu saja, saya mencoba membanding – bandingkan dengan skenario yang kurang lebih sejenis dari “pihak lain”. Masih lebih baik.

Singkat cerita Jum’at sore lalu saya sampai ke Bandara Phuket. Mrs Ladda dan staffnya sudah menunggu saya dan drivernya mengantar saya ke penginapan yang terletak di daerah Panwa. Ini jauh kalau diukur dari Bandara, karena menyeberang phuket. Bandara di seberang utara phuket, sementara panwa di ujung selatan. Bagi kita yang muslim, tidak perlu khawatir dengan makanan. Sebelum kita menanyakan Mrs Ladda sudah menjelaskan bahwa semua makanan halal. Dan dia ternyata juga seorang muslim, nama aslinya Hasanah. Tapi nama panggung yang sudah kadung terkenal di belantara turis adalah Ladda.

IMG_00000410Kesan pertama menginjakkan Thailand masih saja sama dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke lain tempat. Berbeda dengan di Indonesia setelah reformasi terutama. Jika di Indenesia – apalagi sekarang – sangat jauh lebih banyak sekali (sengaja digunakan hiperbol begini) gambar – gambar photo orang dengan sederet gelar bertebaran di jalanan atau di tempat umum, baik nyangkut di pohon, ditancapkan di tiang listrik, di baleho, spanduk, dan kadang bercampur dengan penawaran iklan produk; di Thailand photo raja ada di mana – mana, juga gambar famili Kerajaan. Biasanya dibingkai (setidaknya diberi gambar bingkai) dengan ornamen bagus – bagus dengan warna kuning – warna kuning adalah warna kebesaran Kerajaan Thailand-, dan menempati tempat – tempat terhormat dan mudah di lihat. Dengan demikian tidak ada yang tersangkut di pohon atau bergantungan di tiang listrik. Setidaknya poto Raja ada di baleho-2 persimpangan jalan, dan hampir di setiap pintu gerbang instansi pemerintah atau tentara.

Warung Muslim

Warung Muslim

Awalnya saya berpikir akan sulit mencari makanan benar, menurut Islam, di Phuket. Ini juga berdasarkan pengalaman beberapa tahun yang lalu di Bangkok. Saya pernah terjebak menelan makanan haram di sana. Tetapi di Phuket kondisinya ternyata jauh panggang dari api. Orang lokal pertama, ke dua, ketiga ke empat, ke lima yang saya ajak ngobrol ternyata muslim, dengan nama muslim.  Mulai dari Hasanah, Alek driver, Isnan penjaga hotel, Abdullah driver, Haji Osman pemandu wisata. Mungkin hanya Sujida Nam pemilik gerai tour & travel saja yang non muslim :). Jadi makanan halal di Phuket bukan merupakan hal yang sulit. Bahkan jika melihat kita muslim, untuk yang putri berjilbab, mereka akan menyapa duluan “Asalamu’alaikum” dan penjaja makanan atau pelayan restoran akan menjelaskan “halal – halal”. Memang – setidaknya kata orang – orang lokal yang saya temui itu – di Phuket ini muslim merupakan mayoritas kalau tidak separo – separo. Atau setidaknya daerah Panwa ini mayoritas muslim. Kebanyakan mereka dari etnis Phatani. Photo ini merupakan salah satu kegiatan warung makan yang dikelola oleh orang Muslim di daerah Panwa Cape.

http://www.mercubuana.ac.id

Hari ke dua di Lombok, dengan motor pinjaman Bang Kadri menyusuri Unram, Ampenan, Narmada Juli 6, 2013

Posted by Mujiono Sadikin in Untuk Anak - anakku, Yang Aku Jalani (Perjalanan), Yang Aku Pelajari, Yang Aku Senangi, Yang Sayang Dilupakan.
add a comment


Mataram-1-PetaPetunjukHari ke dua di Lobok saya isi dengan mengitari Kota Mataram menggunakan motor pinjaman Bang Kadri, sopir taksi BB yang hari sebelumnya mengantar kami bertiga dengan mobil sewaan. Hari sebelumnya, untuk urusan pekerjaan, dengan taksi nya dia mengantar kami ke mana-2. Kebetulan hari berikutnya dia libur jadi bisa mengantar kami ke berbagai tempat sekaligus berlaku sebagai pemandu. Hari terakhir dia meminjamkan motornya untuk saya. Terimakasih Bang Kadri.

Dengan petunjuk peta Mataram yang saya beli malam sebelumnya, saya memulai penyusuran dengan mengunjungi teman lama yang bertugas di Universitas Mataram, melihat perkampungan Nelayan Pondok Prasi, melihat-lihat Pemakaman Cina di Ampenan, dan menikmati sekilas wisata sejarah di Taman Narmada, Kec. Narmada. Lombok Barat (?).

Universitas Mataram

Tujuan saya ke Univ Mataram sebenarnya ingin bersilaturahmi dengan teman SMA dulu yang kebetulan bertugas di sana. Saya mendapatkan lebih, karena bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan lebih banyak dosen FT yang kebetulan ada di tempat (biasanya nggak ada di tempat ya ? :p). Kebetulan sedang ada pemilihan rektor tingkat pertama saat itu (pemilihan rektor di ptn biasanya dua tahap. Tahap pertama internal Senat PTN ybs, tahap ke dua melibatkan Menteri Budaya dan Pendidikan), jadi saya mendapatkan pengetahuan lebih mengenai proses pemilihan rektor. Ternyata tidak sesederhana yang terlihat. Pemilihan rektor bukan proses dan akvitias tunggal. Kegiatan ini ternyata melibatkan berbagai aspek, dukungan, kegiatan penielitian, pengabdian, atau pendidikannya juga. Di sini juga ada kubu – kubuan yang sudah, sedang, dan akan menyertai proses pemilihan rektor. Implikasinya bisa sampai ke kegiatan-2 dosen yang kita kenal dengan Tri Darma Perguruan tinggi. Rincinya bagaimana? Biarlah kali ini cukup menjadi pengetahuan pribadi saya sendiri.

Gerbang utama Universitas Mataram terletak di Jalan Majapahit, persisnya no 1. Kampusnya cukup luas, jadi bisa diakses dari Jalan Pendidikan di seberang nya atau Jalan – jalan lebih kecil di sisi lain atau di antara gedung-2 / bangunan / fakultas / lembaga dll milik Kampus tersebut.

Unram-1 Unram-2 Unram-3 Unram-6-DenganTeman-2DosenFT Unram-4 Unram-5

Perkampungan Nelayan Prasi.

Tidak banyak keterangan yang bisa dapatkan dari sini selain bahwa di sini mayoritas nelayan adalah penduduk asli Lombok dengan sedikit di antaranya Penduduk dari Bali. Untuk saudara-2 dari Bali yang bergama Hindu dibangun Pura Segara yang cukup besar. Sayang saya tidak bisa masuk ke dalam. Pura Segara ini dikepung oleh  Banyak Masjid yang suaranya bersautan pada saat Adzan seperti saya datang kemarin pada waktu Shalat Dzuhur. Lombok sendiri juga dikenal dengan wilayah seribu masjid, jika Bali adalah pulau Seribu Pura. Apapun Pura yang tenteram di tengah banyaknya masjid ini menunjukkan keharmonisan beragama tetap terjada di Tanah air kita ini.

KampungNelayan-1 KampungNelayan-2 KampungNelayan-6 KampungNelayan-3 KampungNelayan-5

KampungNelayan-4

Pemakaman Cina

Pemakaman Cina selalu menarik perhatian saya di manapun. Selain karena secara fisik yang besar-2, juga terutama karena hiasannya yang indah-2. Bersebelahan dengan Pondok Prasi, di Jalan Raya Arah Selaparang dari Senggigi terdapat pemakaman cina tersebut.

PemakamanCina-2 PemakamanCina-1 Pemakaman-Cina-3 PemakamanCina-4 PemakamanCina-5 

Bandar Udara Selaparang

Bandara ini sudah sementara waktu tidak digunakan, ditinggalkan, dan sudah diganti dengan Bandara Lombok Raya yang lebih representatif dan aman (?). Mungkin salah satu alasan mengapa Selaparang Bandara ini harus ditinggalkan karena sekarang lokasinya sudah sangat dekat dengan pusat kota. Tentu jika demikian, akan mengganggu kenyamanan penduduk dan juga kurang mempertimbangkan faktor keselamatan (?) jika tetap dipertahankan untuk digunakan. Sayang aset – aset yang ada ditinggalkan begitu saja tanpa diurus.  Padahal sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal yang lebih berdaya guna. Mungkin untuk museum dan pendidikan Penerbangan? Mungkin untuk perkantoran / bisnis ? Mungkin untuk pusat budaya dan kerajinan, pusat pameran seperti Kemayoran ? Atau bisa jadi dengan sedikit modifikasi dan pemeliharaan, landasan pacu bisa sebagai arena balapan ? Atau memang dibiarkan seperti sekarang ini lebih menguntungkan dari sisi bisnis ?

Selaparang-1 Selaparang-2 Selaparang-3-Gedung Uatama Selaparang-4-Landasan Pacu Selaparang-5-lorongAntarGedung Selaparang-6-Sisa-2AktivitasKantor Selaparang-7-PapanNamaInstansi Selaparang-8-CargoBandara Selaparang-9-Menara ATCS

Taman Sejarah Narmada

Taman ini merupakan komplek istana kerajaan yang dibangun tahun 1722 oleh Raja AA Ngurah Karang Asem sebagai miniatur Pegunungan Rinjani. Sayang, seperti peninggalan sejarah lain di Negeri ini, sangat minim informasi yang bisa diperoleh sebagai pengetahuan.  Jika saja ada informasi lebih lengkap misalnya dari segi fungsi, bahan bangunannya, keterkaitan dengan kerajaan sekitar, sejarah kerajaan mulai dari pendirian sampai keruntuhan, dll tentu akan lebih menari. Dari pengamatan sekilas, area bangunan ini cukup luas. Ada pendopo, kolam pemandian kerajaan, tempat sembahyang penganut Hindu, dan juga ruang – bangunan tempat Raja tinggal (?). Sekarang sudah dilengkapi fasilitas wisata terkini antara lain kolam pemancingan, kolam renang, dan arena permainan anak – anak. Kios – kios cendera mata tentu tidak tertinggal.

Narmada-1 Narmada-2 Narmada-3 Narmada-4 Narmada-5 Narmada-6 Narmada-7 Narmada-8 Narmada-9 Narmada-10

www.mercubuana.ac.id 

 

Menyusuri Lombok dalam dua hari hanya cukup untuk Senggigi, Suka Rere, Kampung Sade, Universitas Mataram, Ampenan, Taman Narmada. Juli 6, 2013

Posted by Mujiono Sadikin in Yang Aku Jalani (Perjalanan), Yang Aku Senangi.
add a comment

Lombok-0Karena alasan pekerjaan, saya berkesempatan berkunjung kembali ke Lombok kali ini. Tidak seperti tahun lalu yang hanya sehari saja, kali ini saya memang menyediakan waktu lebih untuk bisa menikmati  berbagai tempat di salah satu Pulau paling menarik di Nusantara ini. Tidak terlalu mulus pada hari pertama, karena kami sempat kesulitan mencari tempat penginapan yang sesuai. Kesulitan mencari penginapan ini akibat, selain karena waktu liburan, Lombok menjadi salah satu destinasi wisata, digelarnya event nasional Hari Koperasi yang tahun ini menjadikan lombok sebagi tuan rumah.  Akhirnya kami bisa mendapatkan tempat meskipun tidak sesuai harapan. Tak apalah, yang penting cukup untuk istirahat dan bersih-bersih. Saya yang merencanakan untuk dua malam di Lombok, harus berburu penginapan lagi karena tempat penginapan pertama hanya available untuk semalam saja.

Setelah selesai pekerjaan hari pertama, 2 hari berikutnya kami dan saya gunakan untuk menyusuri Lombok.  Berikut tuturannya…

HARI PERTAMA

Pantai Senggigi.

Siapa traveler yang tidak mengenal Senggigi ? Pantai tenang di sisi barat lombok dengan kebersihan yang masih relatif terjaga. Dari pusat kota Mataram, Senggigi tidak terlalu jauh. Dengan menggunakan kendaraan pribadi, perjalanan bisa ditempuh sekira 15 – 30 menit. Lombok termasuk daerah yang subur maka tidak heran sepanjang kiri – kana perjalanan akan kita temui hamparan padi, perkampungan warga, perbukitan penuh semak tanaman di sisi kanan, atau nyiur kelapa di sisi kiri sepanjang pantai Senggigi. Selain menikmati deburan ombak, perahu nelayan di kejauhan, kita bisa menikmati beberapa fasilitas seperti sewa perahu boat, sekedar menceburkan diri di pantai, dan selancar. Di sini juga tersedia fery penyeberangan ke pelabuhan penyebarangan Padang Bai Pulau Bali.

Senggigi-1 Senggigi-2 Senggigi-4 Senggigi-5 Senggigi-6 Senggigi-7 Lombok-1

Perjalanan kembali ke Kota: Makan Nasi Ayam Nalap Puyung

Tak terasa matahari sudah semakin terik dan siang mulai menjelang. Maka kami putuskan kembali ke arah Bandara Lombok sambil singgah di beberapa tempat. Menjelang siang, kami makan siang di Ampenan. Ada menu khas Lombok namanya Nasi Ayam Balap Puyung..Hmm. Kelasnya memang pinggir jalan, tetapi rasanya lebih sedap dari yang kelas resto yang kami singgahi semalam.

Shalat di Masjid Raya Attaqwa

Shalat Dhuhur dan Ashar kami jamak di Masjit Raya Attaqwa

Masjid-Attaqwa MenaraAttaqwa

Kampung Tenun Sukarere

Tempat ini searah tenggara kota Mataram. Di sini kita bisa menyaksikan ibu – ibu asli Sasak yang mempraktekkan menenun berbagai bahan pakaian, asesori maupun perhiasan. Rata  – rata perempuan Sasak sudah bisa menenun pada usia sangat muda, bahkan mulai usia sembilan tahun. Di Sukarere ini juga dipajang dan dijajakan berbagai kerajinan tenun, kayu, maupun gerabah. Tetapi kelihatannya yang paling menarik dan banyak dikunjungi (ibu  – ibu) ya kain tenun itu. Di sini kita juga bisa praktik tenun, meski hanya untuk sekedar narsis.  Perjalanan dari Kota Mataram ke sini cukup lama, dengan kendaraan pribadi sekira 45 menit.

SukaRere-IbuPenenun SukaRere-AlatTenun SukaRere-Craft Sukarere-KainTenun SukaRere-Menenun

Pemikiman Sasak Asli, Kampung Sade: Kotoran Kerbau, ilalang, dan tenun

Meneruskan jalan ke arah tenggara dari Sukarere, kita kaan menemukan Perkampungan Asli Suku sasak. Namanya Kampung Sade. Meski Kampung, tempat ini  letaknya persisi di pinggir jalan utama yang menghubungkan Kota Mataram dengan Pantai Kuta Lombok. Di sini, rumah, kebiasaan hidup, upacara adat, dll masih tetap dipelihara dan sengaja dipelihara untuk tujuan wisata dan mempertahankan budaya tentu saja.  Yang paling mencolok ditemui tentu saja adalah bangunan rumah, lumbung, atau balai pertemuan yang khas Sasak dan berbeda dengan bangunan di luar ‘komplek’ kampung. Bangunan berdinding bambu dengan ventilasi minimal, beratap rumput ilalang, berlantaikan campuran tanah liat dengan kotoran kerbau J. Adonan kotoran kerbau yang baru keluar dari si empunya dan tanah lihat menghasilkan zat kimia baru yang kuat. Kotoran kerbau, bukan sekali dpakai pada saat membuat lantai atau sebagian dinding, tetapi pada periode tertentu digunakan untuk mengepel lantai.

Mata pencaharian suku sasak mayoritas/semuanya adalah bertani dengan mengandalkan tanaman padi sebagai komoditas tanaman utama. Tetapi karena cuaca tidak memungkinkan untuk menanam dan memanen sepanjang tahun, maka panen padi yang hanya sekali dalam setahun tersebut sebagian digunakan sebagai cadangan makan yang disimpan di lumbung-2 khas sasak. Di seantero Lombok dan NTB umumnya, arsitektur lumbung khas Sasak inilah yang ditemui di bangunan-2 sekarang. Meski kelihatanya ada kemiripan budaya dan bahasa dengan Bali, mayoritas/semua penduduk Sasak di perkampungan ini beragama Islam.

Kebetulan saat kami berkunjung, sedang ada pesta khitan dan pernikahan di Kampung ini. Maka kami bisa menyaksikan kesibukan di dapur maupun di tempat pesta adat tersebut. Berikut photo-2 nya. Selamat menikmati.

Sade-WelcomeGreating Sade-SuasanaKampung Sade-RumahKecilUntukLansia-Honeymoon Sade-Lumbung Sade-LantaiBerundak Sade-LantaiBangunanRumah KainTenundiSasak Sade-LampuPenerang Sade-MasjidiKampungSasak Sade-Peralatan Dapur

www.mercubuana.ac.id